mbsmu.com Oleh: Drs. Sholeh Suaidy Assalamu'alaikum Wr.Wb. Pada bahasan kali ini, marilah kita mengingat sabda Nabi saw yang diriwa...
Oleh: Drs. Sholeh Suaidy
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Pada bahasan kali ini, marilah kita mengingat sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Hurairah ra., bahwa Nabi bersabda yang artinya sebagai berikut:
“Telah diberikan kepada ummatku lima perkara dalam bulan Ramadlan, yang tidak diberikan kepada ummat-ummat yang lain; Bau tidak sedap mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kasturi; para malaikat memohonkan ampun untuknya sepanjang hari hingga berbuka. Allah menghiaskan syurga-Nya pada setiap hari, serta bertitah: Hampir-hampir hamba-Ku akan dicegah dari mereka kepayahan dan gangguan dan mereka akan datang kepadamu; dan dibelenggu dalamnya syetan-syetan yang paling jahat. Mereka tidak sampai pada bulan puasa kepada sesuatu yang sampai di bulan yang lain, dan diampuni untuk yang berpuasa itu pada akhir bulan Ramadlan”.
Seorang bertanya kepada Nabi saw: “Apakah itu malam qadar? Nabi menjawab: “Tidak, tetapi tiap-tiap pekerja akan disempurnakan upahnya apabila telah selesaikan pekerjaannya”.
Maksudnya secara umum hadits tersebut di atas adalah, apabila orang yang berpuasa ramadhan telah menyempurnakan tugasnya dan telah menyempurnakan ibadah-ibadah malamnya, berarti mereka telah menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka yang memang harus dilaksanakan. Maka apabila mereka keluar di pagi hari raya untuk shalat Id, diterimalah upahnya dan kembalilah ke rumahnya dengan membawa pahala usahanya yang benar sempurna.
Hal yang perlu kita ingat sehubungan dengan puasa adalah bahwa puasa yang kita laksanakan ini adalah merupakan tugas dari Allah yang harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena ini tugas mulia dari Allah, maka sudah sewajarnya apabila ummat Islam menyambutnya dengan penuh suka cita. Karena hanya ummat Islamlah yang mendapat kemuliaan dari Allah dengan adanya bulan suci Ramadlan. Siapa lagi yang akan memuliakan bulan Ramadlan ini jika bukan kita selaku ummat Islam.
Kita masih sangat prihatin, manakala di sana-sini kita masih menjumpai saudara-saudara kita sesama ummat Islam yang masih belum menyadari bahwa bulan ini adalah bulan Ramadlan. Disamping masih banyak saudara-saudara kita yang belum mau menjalankan ibadah puasa, di sana-sini masih banyak kita temui warung-warung makanan yang dikhususkan bagi yang malas berpuasa. Sementara masjid-masjid masih kosong dari jamaah shalat fardlu. Demikian juga perilaku-perilaku yang tidak menghargai Bulan Ramadlan masih banyak kita temui di mana-mana, mulai dari pakaian maupun pergaulan. Ditengah-tengah upaya sebagian ummat muslim untuk berlatih mengendalikan diri, justru di sisi lain masih banyak pihak-pihak yang terus berusaha menciptakan peluang ke arah kesesatan ummat. Tayangan-tayangan televisi masih banyak yang terlalu jauh dari standar kebenaran syari’at. Serta masih didominasi oleh orang-orang yang tidak mempedulikan perjuangan agama Allah swt. Beruntunglah orang yang masih ingat, bahwa Ramadlan adalah bulan untuk melatih diri guna mematuhi apa yang telah menjadi syari’at Allah swt.
Jika hanya sekedar diukur dari lapar dan haus, berpuasa di daerah tropis seperti Indonesia, mungkin lebih ringan dibanding dengan di daerah Arab. Tetapi jika diukur dari persoalan-persoalan lain yang harus dihindari, barangkali justru lebih berat. Masih terlalu banyak tayangan-tayangan media yang mengetengahkan mode-mode pakaian yang membuka fikiran negatif. Di sinilah perlunya niat kuat, yang disertai dengan tekad yang bulat untuk melaksanakan puasa secara benar di tengah-tengah godaan yang beraneka ragam bentuknya.
Pada akhirnya semoga puasa kita semakin benar sesuai yang dikehendaki ajaran Islam.
Drs. Sholeh Suaidy
Ketua LPCR PDM Trenggalek
COMMENTS