Pembelajaran Mendalam: Dari Mindset ke Hati, Membangun Generasi Berkarakter

Penyampaian materi Implemtasi Pembelajaran Mendalam oleh Mufidz, M.Si, Pengawas MA Kemenag Kabupaten Trenggalek/foto: Candra MBSMU.com  — Pe...

Penyampaian materi Implemtasi Pembelajaran Mendalam oleh Mufidz, M.Si, Pengawas MA Kemenag Kabupaten Trenggalek/foto: Candra

MBSMU.com — Perubahan kurikulum bukan sekadar mengganti dokumen, tetapi menuntut perubahan pola pikir (mindset). Pesan inilah yang disampaikan Bapak Mufidz, M.Si, Pengawas MA Kemenag Kabupaten Trenggalek, saat memaparkan materi Implementasi Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) pada Bimbingan Teknis PM dan Kurikulum Berbasis Cinta jenjang Madrasah Aliyah Tahun Pelajaran 2025/2026 di Aula MAN 1 Trenggalek, Senin (11/8/2025).

“Mindset itu pola pikir atau cara pandang kita dalam memahami dan merespons dunia sekitar. Modul pembelajaran yang baik harus dibuat dari hati, sehingga menghasilkan skenario pembelajaran yang bermakna,” tegas Pak Mufidz.

Tiga Ranah Pembelajaran

Ia menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam mencakup intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

1. Intrakurikuler adalah pembelajaran utama di kelas menggunakan modul.
2. Kokurikuler dirancang untuk memperkuat dan memperkaya materi yang sudah dipelajari di kelas, porsinya sekitar 50% dari intrakurikuler.
3. Ekstrakurikuler melengkapi dengan kegiatan non-akademik yang membentuk karakter dan keterampilan sosial.

Tujuan akhirnya, menurut Mufidz, bukan sekadar nilai 100 di ujian, melainkan membentuk kepedulian dan kepekaan sosial peserta didik.

Dari Otak ke Hati

Pembelajaran mendalam, ujarnya, harus berdampak pada akal, hati, dan perilaku. Ia mencontohkan materi menghemat energi — seperti mematikan lampu kelas. “Itu bukan hanya tugas penjaga sekolah, tapi kesadaran murid. Inilah bentuk kepedulian yang kita tanamkan,” jelasnya.

Ia juga mengaitkan pembelajaran mendalam dengan ekoteologi, misalnya menghemat air saat berwudu. Dalam Kurikulum Berbasis Cinta, hal ini terkait dengan cinta kepada Allah dan Rasul, serta meneladani kesederhanaan hidup Nabi Muhammad SAW.

Menolak “Schooling Without Learning”

Mufidz mengingatkan bahaya fenomena “berseragam tapi tidak belajar” atau schooling without learning. “Kondisi seperti itu tidak kita harapkan. Pembelajaran mendalam harus dikembangkan agar pendidikan membawa perubahan nyata,” ujarnya.

Menurutnya, inti pembelajaran mendalam adalah mengolah pikiran, hati, rasa, dan raga. “Tugas kita memastikan pembelajaran ini dilakukan demi generasi mendatang. Jangan sampai kita menghancurkan generasi karena mengabaikan pembelajaran yang menyentuh hati,” pungkasnya. [Tim Redaksi]