Sebagai Pesantren yang bernaung dibawah persyarikatan Muhammadiyah, salah satu misi MBS Trenggalek yang diusung adalah mencetak kader-kader penerus perjuangan dan cita-cita luhur Muhammadiyah.
Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Trenggalek merupakan Pesantren Muhammadiyah pertama di Kabupaten Trenggalek - Jawa Timur. Pesantren yang didirikan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Trenggalek, baru beroperasi Juni 2016 lalu. Meskipun tergolong anyar, namun tidak disangka, pesantren yang beralamat di Jalan Ronggowarsito No. 4 Sumbergedong Trenggalek ini telah dihuni oleh santri-santri yang tidak hanya berasal dari tlatah Menak Sopal. Ada santri yang berasal dari Sidoarjo, Tulungagung dan Juga Blitar, bahkan ada juga santri yang berasal dari luar jawa, seperti Balikpapan, Batam dan juga Tangerang.
Lebih menarik, ternyata anak-anak yang nyantri di MBS Trenggalek tidak seluruhnya berasal dari keluarga atau simpatisan Muhammadiyah. Mereka datang dari beragam latar belakang ideologi. Ya, itulah salah satu keunikan lembaga pendidikan Muhammadiya, siapapun bisa belajar di dalamnya. Jangankan hanya beda faham, beda agama saja bisa kok sekolah di Muhammadiyah. Untuk itu salah satu tagline MBS Trenggalek berbunyi MBS Trenggalek dari Muhammadiyah untuk Indonesia.
Sebagai Pesantren yang bernaung dibawah persyarikatan Muhammadiyah, salah satu misi MBS Trenggalek yang diusung adalah mencetak kader-kader penerus perjuangan dan cita-cita luhur Muhammadiyah. Untuk itulah penguatan wawasan Kemuhammadiyahan menjadi satu diantara beberapa fokus Pesantren ini.
Secara legal formal, Pendidikan Kemuhammadiyahan menjadi bagian dari muatan kurikulum yang diajarkan. Namun, tidak cukup sampai disitu, agar wawasan tentang Muhammadiyah semakin komprehensif, pengelola MBS Trenggalek senantiasa berinovasi dengan menyusun beragam kegiatan yang bermuara pada penambahan wawasan Kemuhammadiyahan, seperti yang baru saja dilakukan kemarin Jum'at, (13/04/2018). Pukul 19.30 WIB seluruh santri MBS berkumpul dihalaman. Apakah gerangan yang akan dilakukan. Ya, ternyata mereka tengah bersiap nonton bareng (nobar) film Sang Pencerah.
Sang Pencerah adalah film yang mengisahkan tentang sejarah lahirnya Muhammadiyah dan juga kehidupan pribadi pendirinya, KH. Ahmad Dahlan. Film yang dirilis tahun 2010 itu sempat booming dan menjadi film fenomenal, khususnya bagi warga Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Bahkan film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo itu mendapat 7 dari 12 penghargaan festival film Bandung. (sumber : https://seleb.tempo.co/read/332945/film-sang-pencerah-berjaya-pada-festival-film-bandung).
Jika ditanya apakah anda pernah nonton film Sang Pencerah? Rata-rata kita yang sudah "lama" berkecimpung di Muhammadiyah pasti menjawab "sudah". Lain halnya dengan para santri MBS Trenggalek yang notabene masih anak usia SMP. Ada memang beberapa santri yang sudah pernah menyaksikan film tersebut, namun mayoritas belum. Apalagi mereka (santri-red) yang berasal dari keluarga non Muhammadiyah.
Sebelum film mulai diputar, Ustadz Arifin, M.Pd.I, Kepala Sekolah MBS Trenggalek menyampaikan sedikit prolog tentang film yang dibintangi Lukman Sardi itu. Dalam penuturannya, Arifin mengatakan bahwa di dalam film Sang Pencerah memuat inti dari materi Kemuhammadiyahan kelas 1. "Jadi jika anda serius menyaksikan film ini sejak detik pertama sampai terkahir, insya Allah materi Kemuhammadiyahan kelas 1 sudah berhasil anda kuasai" tutur Pria yang yang juga anggota KOKAM Trenggalek itu.
Selama berlangsungnya pemutaran film, nampak para santri serius menyaksikan. Sesekali terdengar riuh tawa saat ada adegan lucu yang muncul. Namun ada juga yang terkantuk-kantuk karena durasi film yang cukup lama, kurang lebih dua Jam.
Pukul 21.30 Film berakhir. Sebelum para santri bubar dan kembali ke Asrama, kembali Arifin berdiri dan mencoba menguji seberapa jauh pemahaman mereka tentang Sang Pencerah. "Baik, alhamdulillah film sudah berakhir, sekarang saya mau tanya, kira-kira pesan apa yang berhasil kalian tangkap dari film tadi" tanya Arifin. "ulet dan pantang menyerah" jawab Andan, santri kelas 1 putri. "sabar dan tidak putus asa" imbuh Amanu, santri kelas 2 Putra. Dan beragam tanggapan dari santri yang lain.
Terakhir Arifin menyampaikan pesan kepada seluruh "penonton" tentang kemajuan berpikir Kyai Dahlan yang patut diteladani. "Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari film tadi, namun satu hal yang perlu saya tekankan kepada anda semua, bahwa Kyai Dahlan itu seorang pembaharu, yang memiliki pola pikir yang sangat maju. Kemajuan berpikir kyai Dahlan salah satunya terwujud dari keberanian beliau membangun konsep sekolah modern, dan juga meluruskan arah kiblat. Apa yang dirintis kyai Dahlan pada jaman dahulu, ternyata tidak lekang oleh waktu. Pemikiran beliau yang sangat maju, bahkan masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Pesan Arifin. "Untuk itu, anda semua sebagai "Dahlan Muda" harus bisa meneladani pola pikir maju kyai Dahlan, karena hasil dari kemajuan berpikir akan lestari sepanjang masa, meskipun tubuh sudah tertimbun tanah". Pungkasnya.
COMMENTS