Tanggal 2 Mei menjadi hari bersejarah bagi insan pendidikan di seluruh penjuru tanah air. Tanggal tersebut mengingatkan mereka (insan ...
Digelar di halaman pondok, secara sederhana, upacara dilangsungkan dengan penuh hikmat dan menggema. Upacara dipimpin oleh Amanu Nur Abdillah, ketua IPM MBS Trenggalek. Sementara bertindak sebagai pembina upacara, Kepala SMP MBS, Arifin, M.Pd.
Sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang disampaikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek, salah satu bagian utama dari pelaksanaan upacara adalah pembacaan pidato resmi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Untuk itu, amanat pembina upacara berisi pidato mendikbud dengan tema menguatkan pendidikan, memajukan kebudayaan.
Secara garis besar, isi teks pidato mendikbud, Muhadjir Efendi, menekankan pentingnya kolaborasi antara pendidikan dan kebudayaan. “Sesuai dengan tema tersebut, marilah kita jadikan peringatan kali ini sebagai momentum untuk merenungkan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan sebagaimana tercermin dalam ajaran, pemikiran, dan praktik pendidikan yang dilakukan Ki Hajar Dewantara”. Demikian pernyataan sang menteri di awal teks pidato yang disampaikan oleh Arifin.
Lebih lanjut, pada paragraf keempat, mendikbud lebih memperjelas mengenai keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan. “Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, BAB I, Pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa pendidikan nasional kita adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan kebudayaan nasional merupakan akar pendidikan nasional. Dari sinilah terjadinya titik temu antara pendidikan dan kebudayaan. Jika kebudayaan nasional kita menghujam kuat di dalam tanah tumpah darah Indonesia, akan subur dan kukuh pulalah bangunan pendidikan nasional Indonesia”. Tulis mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Sehubungan dengan kondisi pendidikan Indonesia, secara jujur Muhadjir menjelaskan dalam tulisannya tentang masih lemahnya pendidikan tanah air. “Kita menyadari bahwa kondisi ideal pendidikan dan kebudayaan nasional yang kita cita-citakan masih jauh dari jangkauan. Kita terus berupaya keras memperluas akses pendidikan yang berkualitas, terus menerus mengalibrasi praktik pendidikan agar memiliki presisi atau ketelitian yang tinggi, sesuai dengan tuntutan masyarakat, lapangan pekerjaan dan kebutuhan pembangunan”. Terang menteri yang pernah mengenyam pendidikan di Victoria University, British Columbia, Canada dalam tulisannya.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, menteri yang dilantik menggantikan Anis Baswedan menekankan tentang pentingnya memperbaiki kualitas mental dan karakter anak, melalui Program Pendidikan Karakter (PPK). “Untuk menjawab tantangan ini sejak awal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meneguhkan pentingnya penguatan pendidikan karakter dan literasi, selain ikhtiar mencerdaskan bangsa”. Tulisnya.
Sementara itu dalam rangka menguatkan program pendidikan karakter, Mujadhir menerangkan tentang pentingnya pelibatan semua komponen bangsa sebagaimana yang diajarkan Ki Hajar Dewantara melalui tri pusat pendidikan, yaitu sekolah, rumah dan masyarakat. “Guru, orang tua dan masyarakat harus menjadi sumber kekuatan untuk memperbaiki kinerja dunia pendidikan dan kebudayaan dalam menumbukembangkan karakter dan literasi anak-anak Indonesia. Tripusat pendidikan itu harus secara simultan menjadi lahan subur tempat persemaian nilai-nilai relijius, kejujuran, kerja keras, gotong-royong, dan seterusnya bagi para penerus kedaulatan dan kemajuan bangsa”. Pesan Doctor ilmu sosial dari Universitas Airlangga Surabaya.
Di akhir teks pidato, Mendikbud berpesan kepada seluruh insan pendidikan agar terus berkontribusi memajukan pendidikan Indonesia dengan landasan keikhlasan. “Teruslah ikhlas dan tulus berkontribusi tak kenal henti bagi usaha menguatkan pendidikan Indonesia serta memajukan kebudayaan Indonesia. Semoga kita semua dapat menyaksikan Indonesia sebagai bangsa adidaya budaya dengan pendidikan kuat”.
COMMENTS