Proses pelaksanaan P5 oleh Siswa SMA Muhammadiyah 1 Trenggalek/ foto: Candra Dwi Aprida |
mbsmu.com – Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dilaksanakan oleh siswa SMA Muhammadiyah 1 Trenggalek pada hari Sabtu, (27/8/22).
P5 yang merupakan salah satu program dari Kurikulum Merdeka
ini dilaksanakan di halaman sekolah Kampus Putri Muhammadiyah Boarding School
(MBS) Trenggalek. Siswa melaksanakan proyek P5 mata pelajaran Kimia yang diampu
oleh Ustadzah Pipit Rachmawati, S.Pd.
Memanfaatkan Limbah
Dapur
Dalam projek ini, siswa diminta untuk membuat pupuk organik
cair dan padat dengan memanfaatkan limbah dapur yang ada di pondok MBS
Trenggalek. Limbah dapur tersebut dapat diolah menjadi pupuk ramah lingkungan,
karena semua bahan berasal dari sisa-sisa limbah dari alam.
Ustadzah Pipit, sapaannya, menjelaskan tujuan pembuatan
pupuk organik tersebut adalah untuk membantu mengurangi banyaknya limbah dapur
dan menambah nilai guna limbah dapur.
Projek P5 membuat pupuk padat dan cair ini menggunakan bahan
yang berbeda. Bahan yang digunakan untuk pupuk cair yaitu : air cucian beras,
EM4 dan molase. Sedangkan untuk bahan pupuk padat, yaitu: sisa sayur seperti
kulit gambas, kulit bawang putih, bawang merah. Dan juga dapat ditambah dengan
cangkang telur, tempat telur, kulit pisang, sabut kelapa, dedaunan kering, EM4
dan molase.
“Dalam pembuatan pupuk ini, kita juga perlu mencari sumber
nitrogen sama karbon. Nitrogennya kita peroleh dari sayuran-sayuran itu,
sedangkan unsur karbonnya dari wadah telurnya ya,” jelas ustadzah Pipit.
Sebagai campuran fermentasi, lanjutnya, pembuatan pupuk ini juga memerlukan EM4. EM4
itu mengandung bakteri Lactobacillus.sp dan Saccaromyces.sp serta menggunakan
molase (gula tebu) sebagai makanan bakteri.
“Perlu diperhatikan, jangan pakai yang mengandung lemak atau
mengandung minyak. Kenapa? Karena nanti mengundang hewan, dan berbau busuk. Ya
yang bisa organik saja,” ungkapnya.
Proses Pembuatan
Pupuk
Proses Pembutan Pupuk Padat dan Cair/ foto: Candra Dwi Aprida |
Dan siswa bergegas untuk memotong dan menghancurkan
bahan-bahan pupuk yang besar, selanjutnya memasukkannya di ember. Kemudian, Ustadzah
pipit mengarahkan untuk memberikan air di ember tersebut menggunakan air sumur,
tidak dengan air PDAM.
“Kenapa ustadzah kok tidak boleh memakai air PDAM?,” tanya
Salwa, salah satu siswa dari SMA Muhammadiyah 1 Trenggalek.
Ustadzah Pipit menjelaskan, jika menggunakan air PDAM, maka
tanaman akan rusak bahkan bisa mati, karena air PDAM mengadung kaporit. Kaporit,
tidak baik untuk pertumbuhan tanaman.
Setelah siswa menambahkan air dengan diaduk, kemudian
menambahkan EM4 dan Molase (gula tebu) dengan takaran 5 tutup botol EM4 dan 3
tutup botol gula tebu.
“Sekarang dimasukkan EM4, 5 tutup saja menyamakan takaran
air, terus 3 tutup botol gula tebunya,” lanjutnya.
Kemudian, setelah dicampurkan dan diaduk sampai rata, limbah
tersebut ditutup, tujuannya untuk melanjutkan proses fermentasi.
“Penanggung jawab harus mengecek 2 hari sekali, karena kalau
kalian menutup tetapi kalian tidak mengecek selama 2 hari sekali, apa yang
terjadi? Wadah akan meledak, karena dalam proses fermentasi akan menghasilkan
gas sehingga akan mengembung,” sambungnya.
Sedangkan cara untuk membuat pupuk cair yaitu dengan bahan
cucian beras, EM4 dan molase (gula tebu). “Untuk air cucian beras cukup
ditambah 2 tutup botol EM4 dan 2 tutup botol gula tebu, kemudian ditutup dengan
rapat,” jelas Ustadzah Pipit.
"Kalau sudah
selesai, kita simpan di tempat yang sejuk," imbuhnya. [Tim Jurnalistik]
COMMENTS