![]() |
Dr. Drs. Mohammad Nur Ibadi, SE., M.M, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek sedang menyampaikan materi/ foto: Candra |
MBSMU.com — Dengan semangat meningkatkan mutu pendidikan, MA Muhammadiyah Trenggalek mengikuti Bimbingan Teknis Pembelajaran Mendalam (PM) dan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Kegiatan ini diinisiasi oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek dan berlangsung pada Senin, 11 Agustus 2025, di Aula MAN 1 Trenggalek.
Materi pertama disampaikan oleh Dr. Drs. Mohammad Nur Ibadi, SE., M.M, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek. Ia menekankan bahwa tiga isu utama yang menjadi perhatian Menteri Agama saat ini adalah Al-Qur’an, Moderasi Beragama, dan Ekoteologi. Menurutnya, ketiga komponen ini tidak dapat dibahas secara singkat—bahkan bisa menjadi fokus pembelajaran selama satu semester jika dikaitkan dengan PM dan KBC.
“Madrasah itu hadir untuk menyuburkan fitrah manusia. Pupuk itu dengan kurikulum. Jangan sampai anak-anak kita dalam keadaan yang lemah,” kata Dr. Drs. Muhammad Nur Ibadi, SE., ME.
Seperti Allah berfiman dalam Al-Qur’an Surat An-nisa ayat 9, lanjutnya.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ٩
Artinya: "Dan hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya)." QS. An-Nisa: 9.
Ia menjelaskan bahwa deep learning atau pembelajaran mendalam adalah pembelajaran yang kembali pada Al-Qur’an. Dalam filsafat Islam, terdapat tiga komponen: manusia, nafsu, dan akal. Manusia lahir pada fitrahnya Islam, namun jika fitrah tidak dibentuk dengan baik, nafsu akan mendominasi.
Guru, kata Nur Ibadi, harus fill hikmah (menempatkan sesuatu pada tempatnya) dan wa muidhotil khasanah (menyampaikan ilmu dengan adil dan diiringi perbuatan yang baik). Selain itu, guru juga perlu memahami digitalisasi, bersikap lembut, dan menyesuaikan pendekatan dengan latar belakang sosial religius siswa.
Menurutnya, Pembelajaran Mendalam adalah kurikulum berbasis Al-Qur’an, sedangkan Kurikulum Berbasis Cinta adalah pengajaran yang dilakukan dengan kelembutan, pemanfaatan teknologi, musyawarah, serta mengajak siswa mendekatkan diri kepada Allah.
Pembelajaran Mendalam dan Kurikulum Berbasis Cinta merupakan bentuk nyata dari moderasi beragama. Moderasi beragama adalah cara pandang, cara sikap, dan cara praktik dalam beragama yang mengejawantahkan nilai agama dalam dimensi kehidupan sosial dan menjungjung tinggi asas keadilan, etik, dan patuh pada hukum institusi.
Empat indikator keberhasilan moderasi beragama yang dipaparkan oleh Bapak Nur Ibadi, yang meliputi:
- Berhasil menanamkan komitmen kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UU, dan UUD 1945.
- Menanamkan, mengajarkan, dan menghidupkan Toleransi.
- Bebas kekerasan dan bullying baik secara fisik maupun verbal.
- rawat tradisi (budaya) dan membangun inovasi supaya budaya di terima dimasyarakat.
Tema terakhir yang diangkat adalah ekoteologi, yakni mengajarkan bahwa manusia berasal dari alam, tepatnya dari sari pati tanah. “Belajar di alam boleh, menjaga alam, dan sedekah oksigen,” ujarnya.
“Tiga tema besar itu Al-Qur’an, moderasi beragama, dan ekoteologi, dibingkai dalam pembelajaran mendalam dan kurikulum berbasis cinta. Silakan diimplementasikan di madrasah masing-masing,” pungkasnya. [Tim Media]
COMMENTS