“Bekerjalah secara profesional, maka keberkahan akan datang dalam hidupmu” Pesan itulah yang disampaikan oleh Direktur MBS Trenggalek, U...
Pesan itulah yang disampaikan oleh Direktur MBS Trenggalek, Ustadz Anang Wahid, Lc. M.HI. dalam kajian rutin mingguan khusus bagi para guru MBS Trenggalek, Jum’at (19/10).
Sebagaimana diketahui, MBS Trenggalek memiliki agenda wajib yang didesain khusus untuk para guru. Kegiatan itu adalah kajian rutin mingguan yang dilaksanakan setiap hari jum’at pukul 13.00 sampai 14.00 WIB. Program kajian rutin ini akan melibatkan para pimpinan persyarikatan sebagai narasumber. Setelah sempat terhenti karena libur kenaikan kelas yang cukup lama, Jum’at kemarin kegiatan itu kembali digelar dan dibuka secara langsung oleh sang Direktur.
Pada pertemuan itu, Anang – Sapaan akrab ustadz Anang Wahid – menyampaikan materi tentang profesionalitas. Menurut Direktur MBS yang menjabat sejak 2016 itu, profesionalitas memiliki dua komponen utama yang saling mendukung, yakni kemampuan dan Moral. “Profesionalitas atau profesioanlisme memiliki dua aspek penting yakni kemampuan dan Moral. Keduanya saling mendukung”. Tuturnya. Jadi, menurut ayah dua orang anak itu, seseorang dikatakan bekerja secara profesional jika telah mampu mengintegrasikan kemampuannya dengan dukungan moralitas yang tinggi. “Hal ini berlaku dalam profesi apapun, termasuk guru”. Tukas Anang.
Lebih lanjut Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Trenggalek itu menjelaskan bahwa aspek kemampuan sebagai pendukung profesionalitas terdiri dari dua unsur, yaitu skill (keahlian) dan knowledge (ilmu). “Kemampuan terdiri dari dua unsur yakni skill atau keahlian dan knowledge atau ilmu”. Jelas dosen tetap IAIN Tulungagung itu. Berbicara tetang keahlian, dengan mengutip salah satu hadits rasulullah SAW, Anang menerangkan bahwa, jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. “Maka benar apa yang disabdakan rasulullah saw, kalau tidak mau hancur, serahkan urusan pada ahlinya ”. Imbuh salah satu wakil ketua PDM Trenggalek. Maka salah satu indikator keahlian seorang guru, kata Anang, adalah kesesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan mata pelajaran yang diampu. “Guru matematika ya harus diampu oleh sarjana matematika. Akan menjadi mal praktek pendidikan, jika ada guru yang tidak menguasai apa yang akan diajarkan kepada anak didiknya”. Jelasnya. Lebih jauh Anang menjelaskan bahwa kesalahan guru dalam menjelaskan konsep atau teori akan berakibat fatal, karena kadang-kadang seorang murid akan menganggap ucapan seorang guru sebagai kebenaran mutlak. “Hal ini jangan sampai terjadi”. pesannya.
Sementara tentang ilmu (knowledge), suami dari Imrokatul Mujayanah itu menjelaskan bahwa tidak cukup teori-teori keilmuan dasar yang harus dikuasi seorang guru profesional, namun juga ilmu-ilmu pendukungnya. Alumnus Universitas Al Azhar Cairo mencotohkan tentang bagaimana seharusnya guru tidak hanya menguasai ilmu-ilmu sesuai kualifikasi pendidikannya, namun juga ilmu tentang komunikasi dengan murid, ilmu tentang cara mengaktifkan siswa yang pasif, membuat siswa malas menjadi rajin, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya. “Karena hasil dari pendidikan itu adalah perubahan perilaku, bukan sebatas meningkatnya kecerdasan kognitif”. Tegas da’i kondang Muhammadiyah Trenggalek itu.
Aspek kedua yang mendukung profesionalitas seorang guru adalah Moral. “Untuk menjadi profesional, selain kemampuan yang baik dalam mendidik, seorang guru juga harus memiliki moral yang tinggi atau dalam bahasa agama disebut akhlaqul karimah”. Ujar da'i yang menjadi langganan berbagai dinas dan intansi untuk memberikan suntikan spiritual itu. Pria yang pernah belajar di pensatren Ar-risalah Ponorogo menyebutkan bahwa guru adalah seorang publik figur, dimana setiap ucapan, penampilan dan tindakan selalu dilihat, dinilai dan dicontoh oleh anak didiknya. “Ingat ya, bukan hanya artis, guru itu publik figur yang selalu dilihat, dinilai dan dicontoh oleh muridnya, untuk itu, guru profesional harus punya moral atau kepribadian yang baik, mulai dari tutur bicaranya, penampilan, perilaku dan semua aktifitas guru harus baik, harus cakap”. tandasnya.
Diakhir kajian ustadz Anang berpesan agar jiwa seorang pendidik senantiasa dijaga dimanapun guru berada. “Tidak hanya di sekolah, seorang guru harus bisa menjadi contoh dan panutan dimanapun berada, jadilah pembeda!” Pungkas Anang. Anis
COMMENTS